Kuat itu Baik
Mukmin itu harus kuat,
ruhnya juga fisiknya. Artinya harus ada upaya untuk menguatkan keduanya.
Menguatkan ruh dengan menambah ilmu dan ibadah, dan menguatkan fisik dengan
menjaga mekan dan olahraga secar proporsional. Kekatan fisik berfungsi untuk
mendukng aktivitas ibadah, shalat, shiyam, nahi mungkar atau mungkin jihad jika
medan mulia ini ada di hadapan.
Memang sih, menguatkan
fisik itu tidak ada dalil khususnya. Tidak ada hadist yang menyatakan bahwa
rasulullah SAW berolahraga secara teratur. Bahkan makna hadist, “al mu’minul qawiyu khairun wa ahabu
ilallahi minal mu’minid dha’if” (mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih
disukai allah daripada mukmin yang lemah) bukanlah kuat secara fisik. Imam an
Nawawi menegaskan makna kuat disini adalah kekuatan tekad dan ambisi dalam
urusan akhirat. Orang yang kuat dalam makna ini pasti akan menjadi yang
terdepan dalam urusan jihad, nahi mungkar, dan paling sabar dalam menanggung
konsekuensinya. Juga pasti paling rajin shalat, shiyam dn dzikir. Itulah
mengapa “kuat” dalam hadist itu lebih dipuji daripada “lemah”.
Imam an Nawawi benar.
Bukanlah kuatnya fisik sama sekali tidak menjamin seseorang kuat dalam ibadah ?
Padahal ukuran baik tidaknya seseorang di mata allah adalah kualitas dan
kuantitas ibadahnya ? Memiliki badan ala binaragawan tidak menjamin seseorang
kuat memanggul senjata dan berjalan berhari-hari melakkan gerilya seperti
mujahidin Afghan, belum tentu pula berani melakukan nahi mungkar meski kepada
orang yang lebih ringkih darinya. Meski kakinya mentekol alias kekar, belum tentu kuat berdiri berjam-jam melakkan
shalat. See? Kuatnya fisik memang
sama sekali tidak akurat sebagai parameter baik- buruknya seorang mukmin.
Hanya saja, meskipun
tidak ada dalilnya, menguatkan diri secara fisik tetap merupakan kebaikan.
Kalaupun tidak boleh dibilang sunah, paling tidak menguatkan fisik adalah upaya
untuk memenuhi tuntutan kauniyah dari beban ibadah. Apalagi jika bicara jihad
sebagai ibadah yang menuntut kuatnya fisik dan ruh secara berimbang. Buktinya,
dulu di Afghanistan, katanya, sebelum menjadi mujahid yang diperolehkan maju ke
front (garis depan), seseorang harus tadrib alia latihan dulu di camp
pelatihan. Berbagai olah fisik harus dijalani, puh up, set up, lari, mendaki
gunung, latihan senjata dan sebagainya. Sebelum mencapai standar tertentu,
seeorang tak mungkin diijinkan ke front meskipun rajin beribadah. Mengapa ?
Karena lemahnya fisik akan merepotkan kawan dan menghambat gerakan.
Jadi, menguatkan fisik,
insyaallah akan berpahala jika diniatkan untuk mendukn ibadah, bukan untk
gagah-gagahan, sekedar hobi atau hanya demi bentuk tbuh yang ideal. Bukanlah
jika badan sehat, shalat, shiyam, biruul walidin, haji, mencari ma’iyah dan
berbagai ibadah lain dapat kita laksanakan dengan nyaman ? Atau lebih dari itu,
siapa tahu suatu hari nanti , Allah menganugrahi kita dapat merasakan manisnya
jihad yang merupakan puncaknya islam. Jihad dalam arti berperang di jalan Allah
demi memperjungkan dien-Nya dan membela saudara-saudara kita yang tertindas.
Tentu kita tidak ingin jika pintu itu terbuka, kita justru surut dan takut
karena merasa fisik kita lemah. Selain itu, menjaga kesehatan juga merupakan
bentuk syukur nikmat.
Yah, kalau takut dituduh teroris saat melakkan
push up, set up atau lari-lari di luar rumah, kita bisa melakukannya di
tempat-tempat olah raga atau di rmah saja. Masyarakat kita, bahkan sebagian
muslim kita hari ini memang telah termakan propaganda busuk karya musuh Islam
soal terorisme. Mereka ikut-ikutan berpersepsi, teroris itu dari Islam dan
Islam yang dipegang kuat itulah akar terorisme, kemudian ikut-ikutan mencurigai
dan bersikap sinis terhadap para aktifis. Hasilnya, tidak masalah dan sash-sah
saja melakukan push up, lari-lari, bahkan latihan baris berbaris dengan syarat
anda tidak berjengot, tidak bercelana cingkrang, tidak ada logo Islam di kaus
anda dan tidak rajin shalat jama’ah. Subanallah…hakadza ummatunal yaum, beginilah umat kita hari ini. Hendaknya
kita bersabar denan kondisi ini dan tetap semangat. Bagaimanapun, kita haru
menjadi mukmin yang kuat, setuju?! Semoga Allah memudahkan langkah kita.
Aamiiin. Wallahua’lam. Baca Juga Artikel Tentang Bisnis dan Digital Marketing
0 komentar :
Posting Komentar