Bedakwah dengan Akhlak
Suatu kali, seorang
pria Jerman berlibur ke Albania. Ketika sedang berjalan di salah satu gang di
kota, tak sengaja ia menabrak lelaki
tua. Setelah meminta maaf, barulah ia sadar, ternyata yang ditabraknya itu
seorang lelaki buta.
Lelaki tuna netra itu tak mengerti arti permintaan
maafnya karena tak paham dengan bahasa yang digunakannya. Lalu lelaki buta itu
memegang tangannya dan bersikeras untuk mengajak laki-laki yang telah
menabraknya untuk ikut ke rumahnya. Bukan untuk dimintai tanggung jawab atau
apa, tapi justru ia menjamu tamu yang baru saja dikenalnya itu dengan makanan
ala kadarnya.
Orang Jerman itu mengisahkan, “Kemudian aku melihat
laki-laki buta itu melakukan beberapa gerakan yang gambarannya terus melekat di
kepalaku, yang akhirnya aku ketahui bahwa itu adalah shalatnya orang-orang
Islam. Sikap laki-laki itu mampu menguasai pikiranku untuk beberapa waktu.
Bagaimana ia sangat ingin mengajakku menemaninya manuju rumahnya namun,
kemudian ia menjamu dan menghormatiku tanpa imbalan apapun dan tanpa perlu
mengenaliku terlebih dahulu. Apalagi dia tidak memahami bahasaku. Akupun
bertanya-tanya, “Apa yang ia lakukan barusan di hadapanku.? Apa arti
gerakan-gerakan itu.? Ketika aku melihat ada bayang-bayang laki-laki itu sedang melakukan
gerakan-gerakan itu, hal ini mendorongku untuk mengenali orang-orang seperti
dia dan prinsip ajaran agama mereka. Sungguh perjalanan itu berbuntut panjang
hingga akhirnya membuatku masuk Islam.” (Mawaaqif Dzaat ‘Ibar, DR. Umar
Sulaiman al-Asyqar)
Begitulah, ucapan yang tulus dan
sikap yang santun seringkali membekas di hati orang lain. Tak selalunya dakwah
dilakukan dengan ceramah dan tulisan, tapi bisa dengan akhlak dan kelakuan.
0 komentar :
Posting Komentar