Jadi Akhwat Kudu Kuat
Akhwat, sebutan ini biasanya
diberikan buat wanita sholeha yang identik dengan kerudung raksasa dan
jilbab longgarnya. Akhwat juga sangat menjaga diri dari hal-hal yang
bertentangan dengan agama. Saat ketemu dengan saudari seiman, senyum dan
salam selalu menghiasi wajah dan lisannya. Diapun juga senantiasa
menjaga pandangan dari laki- laki bukan mahram. Dan yang paling dikenal
dari sosoknya adalah rasa malu, yang membuatnya semakin terlihat cantik.
Seorang akhwat juga seringkali
diidentikan dengan kelembutan. Tapi lembut bukan berarti lemah dan
cengeng. Tapi... gimana dunk dengan fenomena yang ada sekarang ini,
dimana beberapa akhwat yang rajin banget update status di dunia maya
tentang curahan hati mereka?Bahasa yang mereka pakai juga romantis
mendayu- dayu, atau trenyuh sekalian, yang intinya dipasang untuk
mewakili hatinya yang lagi galau. Padahal kalau jaman dulu buku diari
tuh disimpan dan di jaga banget biar orang nggak tau, tapi sekarang
makin banyak diumbar biar semua orang ngerti. Nggak tahu tujuannya biar
membuat orang iba sama dia atau justru menarik simpati (khususnya para
ikhwan).
Sayang banget ya, padahal kalo situasi
hati udah nggak enak, nulis status yg bikin nelangsa malah bakal nambah
sedih suasana. Udah gitu belum tentu masalah bakal keluar dan nemuin
jalan keluar, ya nggak?. Mungkin kalo kita ambil jalan pintas dengan
curhat langsung aja sama Allah, pasti akan lebih adem dan damai di hati.
Selain itu, seorang akhwat juga identik dengan gampang nangis dan ngerasa iba dari pada laki-laki. Menangis sih boleh- boleh aja, manusiawi banget kok. tapi kalau dijadikan kebiasaan itu menandakan orangnya mudah rapuh alias cengeng. Seorang akhwat harus bisa belajar menyikapi sesuatu secara dewasa. Kenapa? karena merekalah yang dekat dengan dunia dakwah yang tentunya akan berhadapan dengan 1001 karakter manusia, lengkap dengan pernak pernik kesulitan dan keunikannya. Kalau hati nggak luas, dewasa, dan mudah rapuh, wah bisa- bisa dakwah berhenti di tengah jalan.
Jadi akhwat kudu kuat
Kita semua adalah hamba Allah yang diperintahkan untuk mengesakanNya. Atau dengan kata lain menegakkan Kalimat Laailaha Ilallah di dunia ini. Dan ini bukan perkara simple. Rasulullah dulu berdakwah hingga giginya patah, dilempari batu, di caci maki, dibilang orang gila, diteror, diancam mau di bunuh, dll. Bener- bener deh, jalan dakwah memang sangat berat dan nggak hanya sebatas teori, atau sekedar kata ‘Jadilah..!’ maka akan terjadi. Yang ada ‘jadilah!’ lalu kita harus bergerak untuk menjadikannya, dan baru hal itu akan jadi kenyataan.
So, buat kamu para akhwat, Selamat datang di dunia dakwah.… dan kamu kudu kuat.
Jadilah yang terkuat dalam kesabaran seperti Sumayyah binti Khayyat yang walaupun disiksa dan di buang ke padang pasir yang sangat panas dan menyengat, serta diletakkan di atas dadanya sebongkah batu yg berat agar dia keluar dari din, tapi dia tidak meratap, dan tetap mengucapkan, Ahad.. Ahad..
Jadilah sekuat Nusaibah binti Ka'ab yang tidak menangis walau tangannya terpotong, demi membela Rasulullah SAW di perang Uhud. Atau setangguh the Black Rider, si penunggang kuda berbaju hitam, Khaulah binti Azur yang membuat Panglima Khalid bin Walid serta seluruh pasukannya tercengang melihat ketangkasannya memacu kuda ke tengah-tengah medan tempur.
Jadilah sekuat Rumaisa binti Marhan atau Ummu sulaim yang tegas menolak lelaki kafir yang ingin menikahinya, walaupun dia sangat kaya.
Jadilah sekuat dan seikhlas siti Hajar yang rela dan tetap kuat saat ditinggal Nabi Ibrahim 'Alaihissalam di padang pasir yang tandus dan gersang bersama putranya, Ismail.
Selain itu, seorang akhwat juga identik dengan gampang nangis dan ngerasa iba dari pada laki-laki. Menangis sih boleh- boleh aja, manusiawi banget kok. tapi kalau dijadikan kebiasaan itu menandakan orangnya mudah rapuh alias cengeng. Seorang akhwat harus bisa belajar menyikapi sesuatu secara dewasa. Kenapa? karena merekalah yang dekat dengan dunia dakwah yang tentunya akan berhadapan dengan 1001 karakter manusia, lengkap dengan pernak pernik kesulitan dan keunikannya. Kalau hati nggak luas, dewasa, dan mudah rapuh, wah bisa- bisa dakwah berhenti di tengah jalan.
Jadi akhwat kudu kuat
Kita semua adalah hamba Allah yang diperintahkan untuk mengesakanNya. Atau dengan kata lain menegakkan Kalimat Laailaha Ilallah di dunia ini. Dan ini bukan perkara simple. Rasulullah dulu berdakwah hingga giginya patah, dilempari batu, di caci maki, dibilang orang gila, diteror, diancam mau di bunuh, dll. Bener- bener deh, jalan dakwah memang sangat berat dan nggak hanya sebatas teori, atau sekedar kata ‘Jadilah..!’ maka akan terjadi. Yang ada ‘jadilah!’ lalu kita harus bergerak untuk menjadikannya, dan baru hal itu akan jadi kenyataan.
So, buat kamu para akhwat, Selamat datang di dunia dakwah.… dan kamu kudu kuat.
Jadilah yang terkuat dalam kesabaran seperti Sumayyah binti Khayyat yang walaupun disiksa dan di buang ke padang pasir yang sangat panas dan menyengat, serta diletakkan di atas dadanya sebongkah batu yg berat agar dia keluar dari din, tapi dia tidak meratap, dan tetap mengucapkan, Ahad.. Ahad..
Jadilah sekuat Nusaibah binti Ka'ab yang tidak menangis walau tangannya terpotong, demi membela Rasulullah SAW di perang Uhud. Atau setangguh the Black Rider, si penunggang kuda berbaju hitam, Khaulah binti Azur yang membuat Panglima Khalid bin Walid serta seluruh pasukannya tercengang melihat ketangkasannya memacu kuda ke tengah-tengah medan tempur.
Jadilah sekuat Rumaisa binti Marhan atau Ummu sulaim yang tegas menolak lelaki kafir yang ingin menikahinya, walaupun dia sangat kaya.
Jadilah sekuat dan seikhlas siti Hajar yang rela dan tetap kuat saat ditinggal Nabi Ibrahim 'Alaihissalam di padang pasir yang tandus dan gersang bersama putranya, Ismail.
0 komentar :
Posting Komentar